Jumlah spermatozoa yang terdapat dalam cairan semen (cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi) merupakan penentu keberhasilan pembuahan. Yang normal, jumlah spermatozoa sekitar 20 juta/ml. Pada pria, ditemukan kasus spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali (azoospermia).
Selama ini pasangan yang sedang mengikuti terapi kesuburan disarankan untuk melakukan hubungan seks beberapa hari sekali agar jumlah sel sperma makin banyak. Namun studi terbaru yang dilakukan oleh tim dari Universitas Sydney, Australia, justru berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, pria yang mengalami kelainan sperma sebaiknya melakukan hubungan seks setiap hari agar kualitasnya semakin baik.
Dalam studinya, para ahli dari Australia tersebut melibatkan 42 pria yang sel spermanya mengalami kelainan bentuk. Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala, tubuh dan ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan sperma, yang pada akhirnya mempersulit sel sperma mencapi sel telur.
Para pria tadi lalu diminta untuk melakukan ejakulasi setiap hari selama seminggu. Hasilnya lalu dibandingkan dengan mereka yang ejakulasi tiga hari sekali. Ternyata pria yang ejakulasi setiap hari, jumlah sperma yang rusaknya makin berkurang jika dibandingkan dengan yang ejakulasi beberapa hari sekali.
Menurut Dr Allan Pacey, sekretaris the British Fertility Society, mengatakan berhubungan seks beberapa hari sekali memang meningkatkan jumlah sperma, namun ada kesenjangan antara kualitas dan kuantitas. "Hasil studi ini menunjukkan ejakulasi setiap hari akan mengurangi kerusakan DNA, sedikit banyak ini berpengaruh terhadap kesuburan," katanya. Jadi jumlah sperma sedikit asalkan kualitasnya baik, tentu akan lebih mudah mencapai sel telur.
Sumber: BBC
0 komentar:
Posting Komentar