VIVAnews - Sebuah permainan video mengenai pemerkosaan menjadi tren baru di Jepang. Game berjudul RapeLay ini memungkinkan pemain menyerang karakter remaja perempuan dan melakukan kekerasan seksual terhadapnya.
Seiring dengan jalannya game, rekan-rekan pemain digambarkan akan datang dan menyerang karakter korban tersebut. Pemain juga dapat memilih untuk mengikuti korban ke atas kereta api, kemudian menyerang saudara dan ibu korban.
Permainan ini bahkan menyediakan pilihan untuk menghamili seorang perempuan dan memerintahkan dia melakukan aborsi. Penyerangan dilakukan dengan alasan bahwa korban menuduh pemain berbuat tidak senonoh terhadap dia di atas kereta.
Game ini tentu memicu gelombang kemarahan terutama dari kelompok pejuang hak perempuan. "Game ini seharusnya tidak pernah dipasarkan," kata aktivis Equality Now, Taina Bien-Aime seperti dikutip laman stasiun televisi CNN.
Bien-Aime mengatakan permainan RapeLay ini merupakan bukti bahwa pemerintah Jepang perlu mengawasi cerita-cerita dalam video game. Permainan video dengan cerita kekerasan terhadap perempuan yang lazim disebut Hentai game ini memang mudah didapatkan di toko game di Jepang.
Jenis permainan ini bukan barang baru di Jepang. Sejak lama, negara bunga sakura ini telah memproduksi produk yang bisa dicap sebagai pornografi secara bebas.
Upaya Bien-Aime dan rekan-rekannya untuk mengampanyekan penghentian peredaran permainan seperti RapeLay di toko menghadapi sandungan karena game ini masih dapat diunduh dengan gratis di sejumlah laman.
Jepang memang memiliki aturan penyensoran terkait konten seksual. Dalam permainan dan video, alat kelamin tidak boleh dipampangkan dengan jelas namun aturan ini tidak berlaku bagi cerita dan ide permainan.
Seiring dengan jalannya game, rekan-rekan pemain digambarkan akan datang dan menyerang karakter korban tersebut. Pemain juga dapat memilih untuk mengikuti korban ke atas kereta api, kemudian menyerang saudara dan ibu korban.
Permainan ini bahkan menyediakan pilihan untuk menghamili seorang perempuan dan memerintahkan dia melakukan aborsi. Penyerangan dilakukan dengan alasan bahwa korban menuduh pemain berbuat tidak senonoh terhadap dia di atas kereta.
Game ini tentu memicu gelombang kemarahan terutama dari kelompok pejuang hak perempuan. "Game ini seharusnya tidak pernah dipasarkan," kata aktivis Equality Now, Taina Bien-Aime seperti dikutip laman stasiun televisi CNN.
Bien-Aime mengatakan permainan RapeLay ini merupakan bukti bahwa pemerintah Jepang perlu mengawasi cerita-cerita dalam video game. Permainan video dengan cerita kekerasan terhadap perempuan yang lazim disebut Hentai game ini memang mudah didapatkan di toko game di Jepang.
Jenis permainan ini bukan barang baru di Jepang. Sejak lama, negara bunga sakura ini telah memproduksi produk yang bisa dicap sebagai pornografi secara bebas.
Upaya Bien-Aime dan rekan-rekannya untuk mengampanyekan penghentian peredaran permainan seperti RapeLay di toko menghadapi sandungan karena game ini masih dapat diunduh dengan gratis di sejumlah laman.
Jepang memang memiliki aturan penyensoran terkait konten seksual. Dalam permainan dan video, alat kelamin tidak boleh dipampangkan dengan jelas namun aturan ini tidak berlaku bagi cerita dan ide permainan.
0 komentar:
Posting Komentar